Kamis, 21 Juni 2012

ANDRAGOGI – PEDAGOGI IN ACTION


Nama kelompok :


Sabtu, 16 Juni 2012
            Hari ini adalah dua pertemuan terakhir kami di kelas Psikologi Pendidikan sebelum UAS ( wahh gag terasa udah mau UAS aja ). Jadi topik pembahasan minggu ini adalah lanjutan dari Andragogi. Terus kenapa judulnya Andragogi – Pedagogi in action ?? hmm , soalnya kami disuruh memainkan peran system yang digunakan dalam andragogi dan pedagogi, biar kelihatan gitu bedanya :)
            Singkatnya , setelah berembuk dengan teman satu kelompok ( ada 3 orang ), Aisyah Huwaidah ( sebagai ibu ), Darmayanti Syahputri ( Adik ), Oktavia R.R. Putri ( kakak ). Inilah dialog dari peran kami.. Cekedotttt !!

Action 1
Ibu______: ( di rumah, telepon )
Kakak___: ( di kampus ) Asw ma .
Ibu______: Halo, kakak.. lagi dimana ? udah pulang kuliah ?
Kakak___: Bentar lagi pulang ma , kenapa?
Ibu______: Mama mau minta tlg beliin deterjen yang biasa mama pakai y .
Kakak___: ohh, Ok ma .

Action 2
Ibu______: Adik, oo adikk .
Adik____: iy maaaa .
Ibu______: kesini bentar, mama mau minta tolong belikan gorengan di tempat wakk somat .
Adik____: yang di seberang jalan itu ya ma ?
Ibu______: iy, ini catatan sama uangnya, coba di baca dulu.
Adik____: (Lagi baca)
Ibu______: hati-hati nanti kalau nyebrang ya, gag usah lari-lari .
Adik____: ok deh maa .

Beberapa menit kemudian kakak sampai di rumah, di susul oleh adik .

Kakak___: ma, ini deterjen mama.
Adik____ : ma, gorengannya gag ada. Udah habbis kata uwak itu .
Ibu______: oo, ya udah dek gag apa2.

      Dari dialog di atas dapat dilihat bagaimana cara si ibu meminta tolong pada kedua anaknya tadi . Sang kakak yang sudah termasuk dalam andragogi, akan memiliki inisiatif sendiri saat diberi tugas atau di mintai tolong. Sedangkan si adik harus di beri catatan agar tidak lupa apa akan di beli, dan saat barang tersebut tidak ada di satu tempat, ia tidak mencari di tempat lain. Cara mengajar andragogi dan pedagogi sudah pasti berbeda, dimana andragogi belajar secara aktif dan mandiri, sedangkan pedagogi masih membutuhkan bimbingan.

Sekian :) 

Rabu, 06 Juni 2012

"TUGAS MINI PROYEK 2011/2012"


Disusun oleh :


Topik     : Dinamika mengajar pada pengajar yang bukan professional ( guru les )
Judul     : Metode pengajaran pada bimbingan belajar Ganesha Operation

Pendahuluan 
     Dalam perkembangan zaman yang semakin pesat ini, pendidikan formal tidaklah menjadi satu-satunya jenjang pendidikan yang dipilih oleh masyarakat.  Ada pendidikan non formal yang juga bisa dipilih oleh masyarakat. Banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke jenjang pendidikan nonformal sebelum anaknya masuk ke jemjang pendidikan formal. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.  

     Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
         Jenis dari pendidikan nonformal ini beragam, seperti les, kejar paket, privat, kursus ( menjahit, music, dll ), kelompok bermain, pendidikan anak usia dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), daan lain-lain. Perbedaan yang paling terlihat dari pendidikan formal dan pendidikan nonformal adalah pengajarnya. Dimana pendidikan formal didominasi dengan pengajar professional (profesional artinya memiliki ijasah sebagai guru), sedangkan pendidikan nonformal didominasi oleh pengajar non profesional (berperan sebagai guru namun tidak memiliki ijasah guru).
      Dari sekian banyak jenis pendidikan non formal yang ada, kelompok kami memilih les atau bimbingan belajar sebagai topik pembahasan. Disini kami akan mengamati dinamika pengajaran pada pengajar nonprofesinal. Kelompok kami memilih topik ini karena kami tertarik tentang tanggapan dari siswa apakah alasan mereka mengikuti bimbingan belajar. Apakah mungkin orang tua mereka yang menyuruh atau mungkin cara pengajaran di bimbingan belajar yang lebih mudah mereka tangkap. Dan juga kami ingin melihat metode seperti apa yang digunakan oleh pengajar non professional sehingga siswa menjadi tertarik.

Landasan teori
Landasan teori yang kami gunakan adalah dari prinsipnya William James dan John Dewey yaitu konstruktivisme, dimana prinsip ini menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan konstruktivis, guru bukan sekedar member informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengatahuan, merenung dan berfikir secara kritis. 
Pandangan ini sesuai dengan metode pengajaran yang diterapkan oleh tempat bimbingan belajar GO (Ganesha Operation), dimana mereka menggunakan metode mengoptimalkan kerja otak kiri dan otak kanan untuk membuat para siswanya lebih memahami pelajaran dan tidak seperti di sekolah yang hanya mengoptimalkan kerja otak kanan untuk mengasah kemampuan verbal siswanya. Tempat bimbingan belajar ini juga menerapkan pengajaran yang menarik bagi siswa-siswanya seperti jembatan keledai, the king dan metode asosiasi untuk membantu siswa-siswanya yang sering mengeluhkan permasalahan di sekolah seperti mengahafal rumus, menjawab soal, dan masalah pelajaran yang ada di sekolah.

Alat dan bahan
Alat dan bahan yang kami gunakan dalam tugas proyek mini ini adalah sebagai berikut :
-     Kamera Digital
-     Alat perekam suara ( handphone )
-     Alat tulis ( pulpen, buku )
-     Laptop
Penjelasan Subjek
Subjek yang terlibat dalam proyek mini ini merupakan Tentor atau guru dan siswa yang berada di bimbingan belajar Ganesha Operation. Mereka terdiri dari 3 orang siswa dan 1 orang Tentor, berikut adalah data dirinya :
1.   Nama__________  : Sadar Sinaga
      Usia___________  : 33 tahun
      Pekerjaan_______  : Pengajar di Ganesha Operation
      Lama Mengajar__   : Sejak lulus dari kuliah
      Asal instansi____  : Fakultas Teknik Industri Universitas Sumatera Utara
2.   Nama_________    : Arga
      Usia__________    : 17 tahun
      Pekerjaan  _____     : Siswa
      Lama mengikuti les  : 3 tahun
      Asal Sekolah___     : SMA Sutomo
3.   Nama_________    : Dina
      Usia__________    : 17 tahun
      Pekerjaan______    : Siswa
      Lama mengikuti les  : 2 tahun
      Asal sekolah___      : SMA Sutomo
4.   Nama_________    : Dila
      Usia__________    : 17 tahun
      Pekerjaan______    : Siswa
      Lama mengikuti les  : Sejak SMP sampai SNMPTN
      Asal sekolah___     : SMA Negeri 1 Medan

      Proses Analisa
      Dalam tugas proyek mini ini kami menggunakan metode wawancara untuk memperoleh data, dimana kami mewawancarai 3 orang siswa dan 1 orang tentor dari bimbingan belajar Ganesha Operation seperti yang tertera di atas .
A. Hasil wawancara
      1.   Tentor 
             a.   Apa  yang melatarbelakangi anda menjadi  pengajar nonprofessional?
“Sumber mengatakan bahwa beliau cinta dengan pendidikan, dan beliau suka memberikan pengetahuan  kepada siswa dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan itu merupakan kepuasan tersendiri bagi beliau.”
b.   Metode yang bapak gunakan ketika mengajar di bimbingan test?
“Sumber mengatakan jika disekolah pendidikan masih didominasi dengan otak kiri, yang hanya mengasah kemampuan-kemampuan verbal saja, sedangkan di dalam bimbingan belajar ini para pengajar berusaha untuk mengoptimalkan antara otak kiri dengan otak kanan, agar para siswa lebih gampang dalam memahami suatu pelajaran.”
c.  Antara metode sekolah dengan metode bimbel terdapat perbedaan, metode yang sering dikeluhkan siswa?
“Disekolah metode yang digunakan lebih teoritis, dan menggunakan konsep-konsep dasar. Ketika menyelesaikan tugas mereka lebih sering menggunakan rumus-rumus yang rumit. Sedangkan di bimbel lebih kreatif dengan menggunakan trik-trik yang bervariasi, seperti : jembatan keledai, metode asosiasi dan the king.”
d.  Trik-trik yang digunakan ketika menghadapi siswa yang mengantuk?
·    Relaksasi , dengan mendengarkan musik yang keras yang dapat membangkitkan semangat dan berusaha serelaks mungkin.
·   Melakukan pengajaran-pengajaran yang menarik, seperti memberikan joke-joke kecil untuk membangkitkan semangat siswa kembali.
      2.   Siswa 1
                  a.Apakah yang melatarbelakangi anda mengikuti bimbingan belajar ?
“ Yang melatarbelakangi saya ikut bimbigan belajar ini, karena saya merasa pemahaman pelajaran yang saya dapatkan disekolah masih kurang, jadi waktu itu saya tanya sama sepupu saya, kebetulan sepupu saya ini guru. Dia bilang kalau mau bimbingan belajar di GO aja, bagus cara ngajarnya. “
b.Metode belajar seperti apa yang diberikan oleh pengajar di GO, sehingga Anda nyaman dalam belajar ?
   “ Metode yang di kasih itu The King, jadi itu isinya cara menghapal rumus biar cepat hapal. Biasanya rumus The King ini lebih ringkas, kalau yang di sekolah cara pemecahan masalahnya bisa dua atau tiga kali, kalau ini cuma sekali. “
                  c.Metode mengajar mana yang lebih kalian mengerti, di sekolah atau di bimbel ?
                      “ Kalau menurut saya sih di bimbingan belajar ini “
                  d.Berikan alasannya !
“ Kadang kalau disekolah kan ada guru yang kalau ngajar sesuka hati aja, terus ada yang killer juga. Kadang kalau mau Tanya di kantor, gurunya sibuk. Tapi kalau di bimbingan belajar ini tentornya lebih friendly, dan kiita juga bisa diskusi, jadi saya biasanya kalau gag ngerti pelajaran di sekolah, saya tanya aja di bimbingan belajar ini. “    
      3.   Siswa 2
            a.   Apakah yang melatarbelakangi anda mengikuti bimbingan belajar ?
“Kualitas pengajar-pengajar GO yang baik yang informasinya saya di dapat dari kakak saya yang udah lebih dahulu masuk bimbingan belajar GO ini selain itu juga karena pengaruh kawan , karena kawan banyak yang masuk bimbingan belajar”
b. Metode belajar seperti apa yang diberikan oleh pengajar di GO, sehingga Anda nyaman dalam belajar ?
     “metodenya pengajar-pengajar GO memberikan rumus-rumus singkat dan mudah yang dapat dengan mudah dipahami oleh murid-murid.”
      c.   Metode mengajar mana yang lebih kalian mengerti, di sekolah atau di bimbel ?
           “Lebih enjoy belajar di bimbel.”
      d.   Berikan alasannya !
“Kalo di sekolah biasanya di ajari rumus-rumus yang kompleks yang lebih detail dan kalau di bimbingan belajar lebih simple penggunaan rumusnya.”
      4.   Siswa 3
            a.   Apakah yang melatarbelakangi anda mengikuti bimbingan belajar ?
“Yang melatarbelakangi saya mengikuti bimbingan belajar agar memudahkan saya untuk lebih memahami pelajaran yang ada disekolah, untuk ikut SNMPTN.
b. Metode belajar seperti apa yang diberikan oleh pengajar di GO, sehingga Anda nyaman dalam belajar ?
  “Menurut saya metode yang digunakan pengajar dapat membantu saya dalam memecahkan permasalahan pelajaran terutama dalam menjawab soal-soal.”
      c.   Metode mengajar mana yang lebih kalian mengerti, di sekolah atau di bimbel ?
            “Saya lebih memahami metode yang di ajarkan di bimbel. “
            d.   Berikan alasannya !
Karena di tempat bimbingan belajar, saya tidak takut-takut untuk bertanya jika saya belum paham materinya, sadangkan kalau di sekolah saya sering takut bertanya kepada guru karena takut dimarahi sama guru yang bersangkutan.”
B. Kesimpulan
          Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, bahwa metode yang digunakan pada bimbingan belajar Ganesha Operation adalah berupa rumus - rumus seperti jembatan keledai, metode asosiasi dan the king. Rumus – rumus ini berbeda dengan rumus yang diajarkan di sekolah yang terkesan monoton. Mereka mencoba mengembangkan rumus – rumus yang lebih mudah di ingat dengan menggunakan cara yang singkat dan nama-nama yang unik, selain itu mereka juga mempunyai trik - trik khusus dalam membantu mengatasi kebosanan siswa, yaitu dengan relaksasi dapat berupa mendengarkan music ataupun memberika joke – joke – joke kecil agar semangat para siswa bangkit kembali. Hal ini di dukung dengan hasil wawancara dengan siswa, dimana mereka mengatakan bahwa mereka lebih menyukai metode pengajaran di bimbingan belajar dari pada sekolah. Karena selain menggunakan cara dan rumus yang lebih efisien, mereka juga bisa berdiskusi dengan tentor jika ada materi yang belum jelas.

Jadwal kegiatan

No
Jadwal Kegiatan
Hari/ Tanggal
1
Diskusi Proyek Mini Awal
Jumat, 16 Maret 2012
2
Memilih topik dan judul
Jumat, 27 April 2012
3
Mendata tempat observasi
Selasa, 01 Mei 2012
4
Membeli reward  (1)
Kamis, 03 Mei 2012
5
Survey tempat observasi (1)
Selasa, 08 Mei 2012
6
Membeli reward (2)
Jumat, 11 Mei 2012
7
Survey tempat observasi (2)
Senin, 14 Mei 2012
8
Meminta surat izin
Rabu, 16 Mei 2012
9
Mengambil surat izin
Kamis, 24 Mei 2012
10
Mengantar surat izin ke tempat observasi
Kamis, 24 Mei 2012
11
Observasi
Jumat, 25 Mei 2012
12
Membuat Pendahuluan, kalkulasi biaya, dll
Senin, 28 Mei 2012
13
Memposting hasil tugas mini proyek
Rabu, 06 Juni 2012

Kalkulasi Biaya

Kalkulasi biaya yang kami gunakan untuk melakukan observasi tugas mini proyek ini sebagai berikut:
-     Reward                                          Rp. 22.000,00
-     Transportasi untuk 4 orang       Rp. 30.000,00
      Total                                               Rp. 52.000,00

Poster

Bersama Sang Tentor :)

 
Partisipan dsn tentor yang baik :)

Evaluasi Kegiatan 
Evalusi kegiatan yang dapat kami sampaikan, adalah sebagai berikut :
1.   Antara perencanaan observasi dengan observasi yang kami jalankan berjalan dengan baik.
2.   Adapun permasalah atau kendala yang kami hadapi adalah sebagai berikut :
      -     Menentukan tempat bimbingan belajar yang cocok.
      -     Survey tempat bimbingan belajar yang di lakukan berulang kali.
      -     Jadwal wawancara yang sempat tertunda karena kesibukan subjek yang akan
            di wawancarai.

Testimoni kelompok
1.   Oktavia R.R. Putri ( 11-015)
    Menurut saya tugas proyek mini ini, merupakan tugas yang sangat aplikatif. Karena mahasiswa bisa langsung terjun ke lapangan untuk mengobservasi berbagai fenomena pendidikan yang ada sekarang. Selain itu tugas ini juga mengasah kemampuan mahasiswa dalam bekerja sama dalam satu kelompok. Dalam menjalani tugas proyek mini pasti tidak hanya hal yang menyenangkan yang saya rasakan, tetapi juga ada hal yang tidak menyenangkan seperti harus mensurvey tempat observasi lebih dari 2 kali. Namun demikian hal ini dapat menjadi pelajaran daalam mengerjakan tugas yang lain.
2.   Sulistia Putri (11-017)
     Menurut saya dengan adanya tugas mini proyek ini membantu saya dalam memahami pelajaran, dan memberikan pengalaman baru bagi saya untuk melatih kecakapan dalam mengobservasi dan membahas suatu fenomena. Namun, dalam mengerjakan mini proyek ini saya dan kelompok merasa sedikit mengalami kesulitan dalam memilih satu dari beberapa tema yang menurut kami seru untuk dilakukan observasi dan pembahasan.
3.   Dwi Kartika Harahap ( 11-019 )
         Kendala yang kami hadapi adalah sulitnya mencari tempat bimbingan belajar dan sulitnya untuk mencari narasumber, selain itu saya sedikit mengalami kebingungan mengenai topik ini , dan akhirnya dapat kami atasi. Sampai akhirnya kami bisa mengumpulkan data yang kami butuhkan. Tentang proyek mini ini sendiri, saya merasa memiliki pengalaman baru dan tantangan baru, karena ini merupakan wawancara pertama saya dimasyarakat selama saya menuntut ilmu.
4.   Rizki Hasanah ( 11-029 )
Menurut saya tugas mini proyek ini dapat membantu mahasiswa lebih memahami materi-materi pada mata kuliah psikologi pendidikan karena mahasiswa terjun langsung ke lapangan dan melakukan observasi sesuai dengan cara dan  topic yang dipilih oleh kelompok yang bersangkutan. Topic yang kelompok saya pilih adalah dinamika pengajaran guru non professional dengan tema Metode Pengajaran Pada Bimbingan Belajar Ganesha Operation. Dan menggunakan teknik wawancara.


Datar Pustaka
      

           

Minggu, 03 Juni 2012

ANDRAGOGI


Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997). 
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogus" artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Banyak praktik proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa. 
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Dalam Andragogi, kita kenal istilah-istilah Enjoy Learning, Workshop, Pelatihan Outbond, dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogi inilah kemudian muncul konsep-konsep Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan Anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan bertujuan jangka panjang untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi  persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Liberasionisme pendidikan adalah sebuah sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin. Anarkisme pendidikan pada umumnya menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga. Menurut anarkisme pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan sekalian.
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
a. Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara. Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
b.  Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
c.  Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
d.  Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.