Sabtu, 13 April 2013

Tugas Pedagogi (wawancara guru)

HASIL WAWANCARA

Tanggal           : 3 April 2013
Waktu             : 15.00 WIB
Tempat            : Kediaman Ibu PM
                         Jl. Perjuangan, Kecamatan Marendal, Amplas.

IDENTITAS GURU
Nama                                : PM
Asal Sekolah                     : SMP Negeri 10 Medan
Mata Pelajaran                  : Bahasa Inggris
Tahun mengajar                 : 1996
Sertifikasi/ tidak                 : Sertifikasi tahun 2008
Asal Universitas                 : Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan

HASIL WAWANCARA
Saya       : Bagaimana pandangan ibu tentang pendidikan di Indonesia?
Subjek    : Kalau dari segi kurikulum, contohnya ujian nasional, kabarnya sekarang kan sampai dua puluh paket, tahun lalu kan cuma lima paket, jadi sampai ada siswa yang bilang kalau pemerintah ini pembodohan, katanya dua puluh paket, ternyata nanti tidak jadi. Kalau jaman saya dulu kan ujian nasional ya ujian saja tidak ada paket-paketan.
Saya       : Kalau di Medan sendiri menurut ibu bagaimana?
Subjek   : Tidak jauh beda saya pikir, kualitas pendidikan di Medan tidak bisa kita bilang berada di bawah tapi tidak juga di atas.
Saya       : Kalau dari fasilitasnya ?
Subjek    : Sudah cukup memadailah, walaupun memang tidak semua sekolah fasilitasnya bagus. Tapi paling tidak untuk memantu anak lebih maju sudah cukup lah, contoh seperti komputer, hampir semua sekolah ada, laboratorium bahasa ada, berbagai jenis ekstrakulikuler juga ada.
Saya       : Lalu apa yang memotivasi ibu untuk menjadi pengajar?
Subjek    : Memang sudah cita-cita saya untuk jadi guru, orang tua saya guru juga.
Saya       : Ohh, berarti ibu termotivasi karena melihat orang tua ibu menjadi guru dan memang ada dukungan dari orang tua ya bu?
Subjek    : Iya, artinya kalau orang tua saya berhasil saya juga harus bisa berhasil.
Saya       : Orang tua ibu guru bahasa Inggris juga?
Subjek    : Bukan, guru Matematika di SD.
Saya       : Bagaimana cerita atau filosofinya sampai ibu bisa mengajar?
Subjek    : Saya dulu lulusan pertama D3 Universitas Riau. Penempatan pertama saya mengajar di Sei Belawan, Kabupaten Simalungun tahun 1991, lalu tahun 1996 setelah menikah saya pindah ke Medan. Karena guru dituntun harus sarjana, saya lanjutkan ke UMN untuk mengambil S1. Lalu di tahun 2008 saya mendapat sertifikasi.
Saya       : Dari awal penempatan ibu memang sudah mengajar bahasa Inggris?
Subjek    : Iya.
Saya       : Bagaimana pandangan ibu tentang siswa yang ibu ajar?
Subjek    : Kalau menurut saya, siswa-siswa sekarang tidak seperti 10 tahun yang lalu. Saya juga kurang mengerti dimana letak kesalahannya, menurut saya banyak dari mereka yang moralnya kurang baik, seperti sopan santunnya. Hal ini mungkin karena adanya pengaruh lingkungan masyarakat yang kurang baik, sehingga anak-anak tersebut terkontaminasi. Apalagi kalau pengawasan dan bimbingan dari orangtua kurang.
Saya       : Jadi kalau dibandingkan siswa sekarang dengan yang 10 tahun lalu lebih baik atau lebih buruk bu?
Subjek    : Hmm, kita tidak bisa juga bilang siswa sekarang itu lebih buruk dari yang dulu, banyak juga anak 
                 sekarang yang lebih berhasilkan, mungkin karena  kemajuan teknologi. Tapi memang kalau dari 
                 segi moral, anak sekarang kurang baik.
Saya       : Lalu menurut ibu apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi hal tersebut?
Subjek    : Hidupkan kembali pendidikan moral, pelajaran budi pekerti sekarang sudah jarang kita temukan di sekolah, pelajaran agama pun cuma dua jam kalau dulu kan empat jam. Selain itu perilaku guru juga bisa mempengaruhi siswa, contoh di televisi itu banyakkan guru-guru yang malah bertindak tidak senonoh atau asusila terhadap siswa. Siswa kan bisa saja mencontohnya.
Saya       : Selama ibu mengajar, apa sih kesusahan atau hambatan yang ibu alami?
Subjek    : Mungkin hambatannya kalau mengajar siswa yang susah diatur, suka ribut di kelas. Kadang juga susah mengajar siswa yang terlalu pasif. Tapi  memang jarang di SMP 10 itu yang siswanya pasif, karena rata-rata disana kan sudah termasuk keluarga menengah ke atas, kadang kan faktor ekonomi juga mempengaruhi anak itu mau aktif atau berbaur.
Saya       : Metode mengajar yang sering ibu gunakan apa ?
Subjek    : Biasanya saya memberi materi dulu, baru nanti anak mengerjakan latihan, disuruh maju ke depan untuk conversation atau diskusi dengan teman sebangku. Ya disesuaikan saja dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

PEMBAHASAN
A.    Seni dan Ilmu Mengajar
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari dimanapun dan kapanpun, baik individual, kelompok, maupun dilembagakan. Sedangkan seni belajar akan terlihat saat interaksi pembelajaran berlangsung. Pembelajaran selalu melibatkan hubungan antara pikiran seseorang atau kelompok dengan pikiran seseorang atau kelompok lainnya. Hubungan yang terjadi antara guru dan siswa adalah hubungan dua arah, guru memberikan dan siswa menerima pengetahuan dan bimbingan, namun tidak berarti siswa menerima pengetahuan secara pasif
Peran guru bagi siswa
  • Memfasilitasi peluang belajar
  • Membangun kekatifan belajar
  • Menangkap pikiran dan hati
  • Memotivasi belajar
  • Menata lingkungan edukatif
Pembahasan
Dari hasil wawancara yang saya dapat, dari kelima hal yang harus guru lakukan untuk siswa, guru yang menjadi subjek saya sudah melakukan tiga diantaranya, yaitu memotivasi belajar (diskusi dengan teman sebangku), membangun keaktifan belajar (maju ke depan untuk conversation), dan memfasilitasi peluang belajar (ceramah untuk menyampaikan teori).

B.     Seni, Ilmu, dan Profesi
Banyak orang yang mengatakan bahwa mengajar adalah ilmu. Bagi mereka kegiatan belajar harus dipandu dan berbasis ilmu. Guru harus dapat secara sistematis memilih bahan-bahan yang harus dipelajari oleh siswa, sehingga mengurangi kemungkinan kegiatan pembelajaran terjadi hanya secara kebetulan. B.F. Skinner mengatakan bahwalah penting untuk melakukan pendekatan pengajaran dengan menggunakan teknologi. Guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentransformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologi.
Banyak juga orang yang mengatakan bahwa mengajar adalah seni. Penganut “Kegiatan mengajar sebagai seni” berpendapat bahwa mengajar sebenarnya melibatkan intuisi, improvisasi, dan ekspresi. Guru harus mampu melakukan dan menangani proses kreatif secara tidak terduga. Akan lebih baik untuk mengatakan bahwa perbuatan mengajar melibatkan penilaian artistic yang bergantung pada ilmu pengetahuan, dengan kata lain kita pengajar harus mengkombinasikan seni dan ilmu dalam mengajar.
Pembahasan
Berdasarkan “Seni, ilmu, dan profesi”, guru (subjek) yang saya wawancarai sudah menggunakan ilmu dan seni dalam mengajar. Ilmu digunakan dalam menjelaskan teori, sedangkan seninya terlihat dalam membuat dinamika kelas seperti maju ke depan diskusi dengan teman sebangku. Namun tidak ada teknologi yang digunakan seperti yang dikatakan B.F. Skinner, karena subjek tidak ada mengatakan menggunakan teknologi seperti alat peraga atau contoh conversation yang dilakukan oleh orang asing.

C.     Pengajar yang cerdas
Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Berikut ini adalah beberapa karakter guru yang harus ditampilkan di kelas:
1.      Persiapan: ulasan catatan pembelajaran dan contoh untuk memastikan bahwa siswa belajar dengan  
      lancar dan benar
Pembahasan: berdasarkan hasil wawancara di atas saya menyimpulkan bahwa subjek telah mengajar dengan ulasan catatan pembelajaran, namun sepertinya belum memastikan apakah siswa telah belajar dengan lancar atau tidak.
2.      Terorganisasi: mengajar dengan menggunakan silabus dan urutan materi yang jelas sejak sesi 
       pembelajaran pertama.
Pembahasan: Subjek sudah bisa dikatakan mengajar dengan menggunakan silabus dan urutan materi, karena beliau mengatakan bahwa biasanya saat mengajar ia sesuaikan dengan kurikulum atau peraturan yang ada di sekolah tersebut.
3.      Konsisten: mengajar  dengan tidak ada wabah emosional atau pola perilaku yang mengintimidasi siswa.
Pembahasan: Saya agak susah untuk mengatakan apakah subjek tidak emosional atau mengintimidasi siswa, sebab beliau tidak mengatakan hal tersebut dan juga saya tidak mengobservasi perilaku beliau saat mengajar.
4.      Etika kerja: menghabiskan waktu untuk benar-benar mempersiapkan pembelajaran di kelas dan 
      laboratorium.
Pembahasan: Saya memang tidak menanyakan tentang persiapan subjek sebelum mengajar, tetapi saat saya datang ke rumahnya, subjek memang sedang mempersiapkan bahan untuk mengajar besok.
5.      Kecepatan: datang ke kelas tepat waktu dan menjalankan tugas di kelas tidak lebih dari waktu yang 
      diberikan
6.      Sikap fleksibel: terbuka atas ide-ide baru, saran, dan wawasan dari siswa.
7.      Dialog interaktif: pembelajaran di kelas bersifat dua arah dan mengembangkan pengalaman 
      komunikasi.
Pembahasan: Berdasarkan hasil wawancara, subjek sudah memenuhi karakter ini, sebab subjek mengatakan bahwa metode yang biasa digunakan saat mengajar adalah memberi kesempatan siswa maju untuk conversation.
8.   Lingkungan belajar: mendorong suasana yang santai dan terbuka untuk perubahan pengaturan agar 
      tidak kaku.

 D.    Pedagogi praktis abad ke- 21
Diskusi mengenai pedagogi telah berlangsung nyaris sama tuanya dengan peradaban pendidikan dan pembelajaran. Meski pedagogi secara definisi nyaris tidak pernah berubah, kajian atasnya terus kontekstual sesuai dengan perjalanan sejarah peradaban pendidikan. Pedagogi Abad ke-21 dikenal juga dengan pedagogi progresif, yaitu pedagogi yang telah mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi, seperti TIK. Pedagogi Abad ke-21  ini mencakup pedagogi formal dan pedagogi vernacular (praktis), pedagogi formal atau ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, sedangkan pedagogi praktis merupakan aplikasi dari teori-teori yang ada.
Pembahasan:
Jika dikaitkan dengan teori di atas, pandangan subjek tentang pendidikan di Indonesia sudah masuk dalam pedagogi abad ke-21, contohnya Ujian Nasional. Awalnya pemeriksaan jawaban UN tidak dilakukan dengan komputer, namun sekarang telah memakai komputer bahkan kode soalnya sudah bervariasi. Hal ini membuktikan bahwa sudah ada kemajuan dalam pendidikan khusunya penilaian kemampuan siswa, namun tidak semua mendukung hal tersebut, sebab sperti yang kita tahu masih banyak kecurangan yang terjadi. Selain itu ujian nasional yang pemeriksaannya menggunakan komputer terlalu fokus pada cara membulatkan, jawaban siswa benar tapi jika bulatannya tidak pas terlihat tidak adil, hal ini dapat menjadi bias.

E.     Hubungan antara Pedagogi Abad ke-21 dengan metode mengajar yang dilakukan subjek.
Pedagogi Abad ke-21 terdiri dari pedagogi formal dan pedagogi vernakular (praktis), sering disebut pedagogi praktis dan dilakukan secara sistematik. Jika dihubungkan dengan hasil wawancara adalah sebagai berikut:
1.      Pedagogi formal. Subjek menggunakan pedagogi formal sebagai dasar untuk menyampaikan materi 
      atau teori kepada murid.
2.      Pedagogi vernakular. Dalam menyampaikan teori tersebut, subjek juga membuat dinamika kelas 
      seperti diskusi kelompok dan maju ke depan kelas untuk conversation, hal ini merupakan penggunaan 
      dari pedagogi vernakular atau praktis.
3.      Sistematis. Proses penyampaian materi dilakukan secara sistematis berurutan dan disesuaikan dengan 
      tingkatan kelas dan kurikulum.
4.      Progresif. Subjek beberapa kali menggunakan bantuan kemajuan teknologi, seperti
      e-book .

KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan hasil wawancara
1.      Pandangan subjek tentang pendidikan di Indonesia lebih fokus pada pelaksanaan Ujian Nasional, 
      menurut subjek kode ujian yang bervariasi tidak cukup tepat diberlakukan apa lagi pemeriksaan yang 
      menggunakan komputer,
2.      Motivasi subjek sebagai pengajar adalah orang tua dan karena memang sudah cita-cita. Orang tua 
      subjek juga seorang guru.
3.      Pandangan subjek tentang peserta didik lebih fokus pada moral, menurut beliau perlu dihidupkan 
      kembali pendidikan moral bagi peserta didik.
4.      Metode mengajar yang digunakan adalah menyampaikan materi dengan ceramah, diskusi, dan maju 
      untuk conversation.

Kesimpulan hasil wawancara dikaitkan dengan teori
1.      Berdasarkan teori yang harus dilakukan guru untuk siswa, subjek bisa dikatakan sudah cukup baik 
      melakukan tugasnya sebagai seorang pengajar. Sebab dari lima hal yang harus dilakukan subjek sudah 
      memenuhi tiga diantaranya.
2.      Berdasarkan teori B.F. Skinner yang mengatakan mengajar juga harus melibatkan teknologi, subjek 
      kurang dalam hal ini.
3.      Berdasarkan teori Pedagogi Abad ke-21, pendidikan di Indonesia sudah mengikuti teori tersebut yaitu 
      penggunaan komputer dalam pemeriksaan Ujian Nasional, namun penggunaannya belum optimal.



TESTIMONI DAN SARAN

Testimoni:
1.      Menurut saya tugas wawancara guru merupakan salah satu cara untuk mengenal lebih jauh tentang 
      pengajar secara personal, karena dengan mengetahui motivasi dan filosofinya dalam mengajar, kita jadi 
      lebih paham mengapa perilaku guru yang satu dengan yang lain itu berbeda.
2.      Menambah pengalaman tentang tidak mudahnya mencari sumber untuk diwawancarai dan kemampuan 
      untuk persuasi, beberapa subjek tidak ingin diwawancarai karena takut data digunakan untuk hal yang 
      tidak baik atau merusak nama baik subjek.

Saran:
1.      Pemerintah sebaiknya mencari cara lain agar pemeriksaan Ujian Nasional tidak hanya berpatokan pada 
      cara melingkarinya, tetapi lebih menekankan benar-salahnya.
2.      Saya setuju dengan pandangan subjek bahwa pendidikkan moral perlu dihidupkan kembali, karena jika 
      moral masyarakat kurang baik akan berimbas kepada Negara.

Sumber :
Danim, S., & Khairil, H. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta.
 

0 komentar: